Setengah menggerutu masuk juga ke ruang tunggu di Bandara Sultan Iskandar Muda Banda Aceh siang itu 14 Desember 2012. Namanya juga saya coba coba, jadilah seperti orang bodoh. Andai saja siang itu mau menunggu Sriwijaya, jadilah dapat tiket murah 280K ke Medan. Tetapi dengan bermaksud praktis, saya coleklah calo bandara. Kemudian dia menelpon penjaga counter ticket Air Asia yang ditinggalkan. Setengah kaget saya terpaksa membayar 360K karena sedikit kalut dan penat ingin segera berada di kota lain. Sesampainya di dalam dikenakan lagi 30K karena check in oleh petugas. Saya terlambat katanya, mesin check in sudah ditutup. Baiklah karena saya bodoh, saya anggap sebagai pengalaman. Hanya satu yang saya kecewakan disana, ternyata penjual tiket tersebut turut mengurusi pengguna jasa layanan maskapai ini untuk masuk ke dalam pesawat. Pantas saja tadi counter ditinggalkannya. Lupakan semua itu, meski jengkel melanda karena saya masih melihat pemuda itu juga berada dalam pesawat yang sama di Polonia. Mungkin beliau juga mau liburan sepertinya.
Lupakan semua itu, dengan segala keluh kesah ada baiknya melihat hiruk pikuk Pajus Karona. Dengan dua puluh ribu rupiah melajulah abang ojek ini. Kenapa sekarang memilih ojek ketimbang becak? Karena Medan siang pasti macet, ojek lah solusinya. Jadilah siang itu meluncur dengan cepat ke TKP. Disana sudah menanti sekawanan penghuni toko. Sampai juga di Aeki Tshirt, sebuah toko milik kawan. Nah jika kalian nanti ingin membeli pakaian etnik Batak, bisa itu dicoba singgah kemari. Diinfokan Ernisa Purba, aih panggil saja di twitter @icanami ada Dua Ransel yang sedang menggelandang di Medan. Transit semalam guna mencari jalur menuju Batavia. Ada waktunya senggang ini malam lokasi belum ditentukan. Dua Ransel datang dari luar negeri katanya mencari jejak pulang ke rumah ibunya. Ah tidak bukan begitu, sebenarnya mereka sedang ingin singgah ke Medan dari sekian panjang perjalanan mereka keliling dunia.
Karena ada keperluan di sebuah Hotel dibilangan kota Medan, maka sebelum malam tiba, terpaksa saya tinggalkan Pajus Karona tercinta. Bicara punya bicara, waktu tak mau menunggu. Merapatlah saya ke Merdeka Walk atas informasi yang dikatakan Lae Daniel Chafero. Nanti kalau di twitter panggil saja dia @cianism. Kalau tak kenal, dia juga admin dari @kotakhitam_ cari saja dia. Waktu tak lama karena hotel juga tak begitu jauh, sampailah di Merdeka Walk. Sementara itu sudah ada kurang dari 10 orang yang berkumpul di food court yang tentunya bukan lokasi murahan. Padahal tadi sudah disarankan kalau mau murah bawa saja makanan sendiri. Tetapi dengan alih alih gengsi dicobalah tidak membekali diri. Manusia macam apalah Dua Ransel ini, tega menjual rumah demi berkeliling berwisata gumamku dalam hati. Hanya saja rasa penasaran sesekali muncul dalam diri. Seperti apa wujud manusia satu ini eh dua orang kok mereka sampai tega hati berkeliling sepanjang hidupnya dari satu atap ke atap lainnya di belahan dunia dengan langit yang sama. Tak apalah setidaknya kita masih sama sama di bumi, jadi tak perlu takut toh kalau malam gelap, pasti berlalu diusir pagi.
Sebelum berbasa basi dengan Mbak Dina si empunya akun @DuaRansel, berbincang bincanglah kami dengan pengunjung lain. Mereka adalah fans Dua Ransel, sedang saya adalah fans dadakan. Kali pertama badmood melanda, jujur saya tak senang dengan orang yang mengatakan suatu lokasi itu biasa saja dan jelek! Sejelek jeleknya suatu lokasi wisata, cukup dikatakan kurang bagus. Karena konotasi kurang bagus itu masih lebih enak di telinga. Jadilah saya batal memesan makanan di foodcourt itu. Semacam hilang selera untuk mengunyah sesuatu apapun. Jadi manusia tak perlu sombong, karena kata Pidi Baiq bersama The Panas Dalam, diatas langit ada langit.
Setelah diputuskan, maka kami merapat dan mencoba rapat di tengah teras kecil di pintu masuk Merdeka Walk. Ya ini lebih merakyat jadinya. Dan tentunya tak perlu saya makan dengan suasana hati yang eneg tadi. Saya bukanlah traveller yang sudah kemana mana, jadi tak perlu dibanding bandingkan Bung. Jika kamu pernah ke Bandung, saya juga lama disana. Jika kamu dari Lampung, saya lahir disana. Nah jika kamu bertanya kemana pengalaman paling ekstrim selama berwisata? Saya akan bercerita tentang Baduy, suasana pedalaman tanpa elektronik dan juga bahan kimia.
Aih sudah mari kita lupakan pria aneh itu. Mari kita menikmati malam panjang ini ditemani Mbak Dina tentunya. Acara ah seperti resepsi saja acara, kegiatan dimulai dengan saling memperkenalkan diri, dari ujung hingga ke ujung lagi. Disana kami saling bertukar informasi alamat dan biodata diri. Jangan lupa ya ditulis minuman dan makanan favoritnya apa. Unik unik dan aneh aneh pengunjung malam ini. Ada yang spesialis berwisata ke Asia Tenggara, ada yang spesialis ke Eropa, ada juga yang baru jalan jalan di seputaran Indonesia saja.
Hal yang menarik membuat malam ini tertarik adalah ketika sesi tanya jawab. Ada banyak informasi yang diberikan Mbak Dina tentunya. Dari wisata di daerah yang sedang konflik, travelling di daerah yang tingkat kriminalitasnya tinggi (karena beliau pernah digoda meski sedang jalan dengan suaminya, haha ) hingga bercerita dia tentang lokasi wisata yang digemarinya. Australia atau New Zealand. Aih yang pasti lupa saya. Satu yang menarik dari cerita beliau adalah bagaimana Dua Ransel tetap berwisata meski disibukan dengan dunia kerja. Sang suami saat ini menjadi web designer dan tentunya hanya menerima job apabila sistem kerjanya online. Jadi tidak harus ke kantor ujarnya. Pernah mereka menetap lama di Australia karena pihak perusahaan meminta mereka untuk menetap disana.
Tak banyak memang yang saya dengar disana, tetapi banyak informasi yang saya dapatkan disana. Tentunya ini menambah khasanah dunia berwisata. Bagaimana tidak, mereka pernah sampai berhutang untuk memenuhi hasrat berwisatanya. Tetapi secara perlahan perekonomian mereka bisa dipulihkan kembali. Kegiatan lain yang digemari fans dari Dua Ransel adalah menerima kartu pos dari Dua Ransel. Mungkin inilah guna kita melampirkan alamat di awak pertemuan tadi. Sesekali mereka mengirimkan kartu pos dari lokasi mereka berada. Ini hal yang simple, tetapi kesannya sangat berarti. Mungkin ini cara mereka melepaskan kerinduan-kerinduan para penggemar dan kawan kawan mereka yang mengenal Dua Ransel.
Seperti yang digemari manusia, sesi berfoto ria adalah penutup yang sempurna. Jadilah kami foto bersama dan sesekali berfoto berdua dengan Mbak Dina. Ah iya saya lupa, dari sekian pemirsa yang ada disana, saya berkenalan juga dengan si pemilik akun twitter @ChiThut . Nanti cek saja siapa nama aslinya di twitter ya. Menjelang malam, datanglah @HarrySaragih dengan @Arifin_Damanik iya itu namanya kalau tidak salah. Semacam senang tampaknya bertemu dengan Harry Saragih, karena dari keseluruhan yang hadir adalah bersikap kalem dan cool (entah pura pura). Ternyata kedatangan beliau menambah semarak. Dengan bahagia Mbak Dina gembira melakukan toast tangan dengan Harry. Penampilannya yang slengean tidak membuat Mbak Dina takut, mungkin hati tak selalu sama dengan penampilan yang dipublikasi.
Lupakan semua itu, dengan segala keluh kesah ada baiknya melihat hiruk pikuk Pajus Karona. Dengan dua puluh ribu rupiah melajulah abang ojek ini. Kenapa sekarang memilih ojek ketimbang becak? Karena Medan siang pasti macet, ojek lah solusinya. Jadilah siang itu meluncur dengan cepat ke TKP. Disana sudah menanti sekawanan penghuni toko. Sampai juga di Aeki Tshirt, sebuah toko milik kawan. Nah jika kalian nanti ingin membeli pakaian etnik Batak, bisa itu dicoba singgah kemari. Diinfokan Ernisa Purba, aih panggil saja di twitter @icanami ada Dua Ransel yang sedang menggelandang di Medan. Transit semalam guna mencari jalur menuju Batavia. Ada waktunya senggang ini malam lokasi belum ditentukan. Dua Ransel datang dari luar negeri katanya mencari jejak pulang ke rumah ibunya. Ah tidak bukan begitu, sebenarnya mereka sedang ingin singgah ke Medan dari sekian panjang perjalanan mereka keliling dunia.
Karena ada keperluan di sebuah Hotel dibilangan kota Medan, maka sebelum malam tiba, terpaksa saya tinggalkan Pajus Karona tercinta. Bicara punya bicara, waktu tak mau menunggu. Merapatlah saya ke Merdeka Walk atas informasi yang dikatakan Lae Daniel Chafero. Nanti kalau di twitter panggil saja dia @cianism. Kalau tak kenal, dia juga admin dari @kotakhitam_ cari saja dia. Waktu tak lama karena hotel juga tak begitu jauh, sampailah di Merdeka Walk. Sementara itu sudah ada kurang dari 10 orang yang berkumpul di food court yang tentunya bukan lokasi murahan. Padahal tadi sudah disarankan kalau mau murah bawa saja makanan sendiri. Tetapi dengan alih alih gengsi dicobalah tidak membekali diri. Manusia macam apalah Dua Ransel ini, tega menjual rumah demi berkeliling berwisata gumamku dalam hati. Hanya saja rasa penasaran sesekali muncul dalam diri. Seperti apa wujud manusia satu ini eh dua orang kok mereka sampai tega hati berkeliling sepanjang hidupnya dari satu atap ke atap lainnya di belahan dunia dengan langit yang sama. Tak apalah setidaknya kita masih sama sama di bumi, jadi tak perlu takut toh kalau malam gelap, pasti berlalu diusir pagi.
Sebelum berbasa basi dengan Mbak Dina si empunya akun @DuaRansel, berbincang bincanglah kami dengan pengunjung lain. Mereka adalah fans Dua Ransel, sedang saya adalah fans dadakan. Kali pertama badmood melanda, jujur saya tak senang dengan orang yang mengatakan suatu lokasi itu biasa saja dan jelek! Sejelek jeleknya suatu lokasi wisata, cukup dikatakan kurang bagus. Karena konotasi kurang bagus itu masih lebih enak di telinga. Jadilah saya batal memesan makanan di foodcourt itu. Semacam hilang selera untuk mengunyah sesuatu apapun. Jadi manusia tak perlu sombong, karena kata Pidi Baiq bersama The Panas Dalam, diatas langit ada langit.
Setelah diputuskan, maka kami merapat dan mencoba rapat di tengah teras kecil di pintu masuk Merdeka Walk. Ya ini lebih merakyat jadinya. Dan tentunya tak perlu saya makan dengan suasana hati yang eneg tadi. Saya bukanlah traveller yang sudah kemana mana, jadi tak perlu dibanding bandingkan Bung. Jika kamu pernah ke Bandung, saya juga lama disana. Jika kamu dari Lampung, saya lahir disana. Nah jika kamu bertanya kemana pengalaman paling ekstrim selama berwisata? Saya akan bercerita tentang Baduy, suasana pedalaman tanpa elektronik dan juga bahan kimia.
Aih sudah mari kita lupakan pria aneh itu. Mari kita menikmati malam panjang ini ditemani Mbak Dina tentunya. Acara ah seperti resepsi saja acara, kegiatan dimulai dengan saling memperkenalkan diri, dari ujung hingga ke ujung lagi. Disana kami saling bertukar informasi alamat dan biodata diri. Jangan lupa ya ditulis minuman dan makanan favoritnya apa. Unik unik dan aneh aneh pengunjung malam ini. Ada yang spesialis berwisata ke Asia Tenggara, ada yang spesialis ke Eropa, ada juga yang baru jalan jalan di seputaran Indonesia saja.
Hal yang menarik membuat malam ini tertarik adalah ketika sesi tanya jawab. Ada banyak informasi yang diberikan Mbak Dina tentunya. Dari wisata di daerah yang sedang konflik, travelling di daerah yang tingkat kriminalitasnya tinggi (karena beliau pernah digoda meski sedang jalan dengan suaminya, haha ) hingga bercerita dia tentang lokasi wisata yang digemarinya. Australia atau New Zealand. Aih yang pasti lupa saya. Satu yang menarik dari cerita beliau adalah bagaimana Dua Ransel tetap berwisata meski disibukan dengan dunia kerja. Sang suami saat ini menjadi web designer dan tentunya hanya menerima job apabila sistem kerjanya online. Jadi tidak harus ke kantor ujarnya. Pernah mereka menetap lama di Australia karena pihak perusahaan meminta mereka untuk menetap disana.
Tak banyak memang yang saya dengar disana, tetapi banyak informasi yang saya dapatkan disana. Tentunya ini menambah khasanah dunia berwisata. Bagaimana tidak, mereka pernah sampai berhutang untuk memenuhi hasrat berwisatanya. Tetapi secara perlahan perekonomian mereka bisa dipulihkan kembali. Kegiatan lain yang digemari fans dari Dua Ransel adalah menerima kartu pos dari Dua Ransel. Mungkin inilah guna kita melampirkan alamat di awak pertemuan tadi. Sesekali mereka mengirimkan kartu pos dari lokasi mereka berada. Ini hal yang simple, tetapi kesannya sangat berarti. Mungkin ini cara mereka melepaskan kerinduan-kerinduan para penggemar dan kawan kawan mereka yang mengenal Dua Ransel.
Seperti yang digemari manusia, sesi berfoto ria adalah penutup yang sempurna. Jadilah kami foto bersama dan sesekali berfoto berdua dengan Mbak Dina. Ah iya saya lupa, dari sekian pemirsa yang ada disana, saya berkenalan juga dengan si pemilik akun twitter @ChiThut . Nanti cek saja siapa nama aslinya di twitter ya. Menjelang malam, datanglah @HarrySaragih dengan @Arifin_Damanik iya itu namanya kalau tidak salah. Semacam senang tampaknya bertemu dengan Harry Saragih, karena dari keseluruhan yang hadir adalah bersikap kalem dan cool (entah pura pura). Ternyata kedatangan beliau menambah semarak. Dengan bahagia Mbak Dina gembira melakukan toast tangan dengan Harry. Penampilannya yang slengean tidak membuat Mbak Dina takut, mungkin hati tak selalu sama dengan penampilan yang dipublikasi.
Bersama Mbak Dina :D
Dua Ransel and the gank
Mbak Dina dengan Citra Mardiati
Dengan @icanami feat kaos Aeki Tshirt
Konsumsi oleh oleh
Harry Saragih, Mbak Dina, Cianism, Saya
Marry Christmast and Happy New Year
Wuiiiih akhirnya diceritain juga di sini ya bang walau udah rada-rada lama, hihihihi... :p
ReplyDeleteDitunggu cerita keliling Jawa di akhir tahun kemarin (/ >o<)/
Hehehe, baru ada di Kaskus, nanti deh yah dibuat versi blog nya .
ReplyDeleteThanks sudah mampir.