Perlahan tapi pasti penumpang mulai penuh sesak. Penumpang jarak pendek ditempatkan di bagian belakang, sedangkan penumpang jarak jauh diutamakan duduk di kursi kursi bagian depan. Hal ini untuk memudahkan proses naik turun pengguna jasa layanan sepertinya. Sampai ke daerah Stabat jalanan masih mulus. Aspal tebal masih sangat terasa sebagai landasan roda. Setengah perjalanan hampir ditempuh, kondektur sibuk mengumpulkan ongkos pengguna jasa layanan Pembangunan Semesta ini. Beberapa kali bus ini berpapasan dengan bus yang sama hanya saja berbeda nomor bus. Mungkin karena saya masih terlalu awam, jadi tak terlalu menghapal plat kendaraan ini. Hanya saja yang menjadi ciri dari Bus Pembangunan Semesta adalah nomor nomor yang dipasang di pintu atau di bagian depan bus. Seperti misalnya PS 24.Mungkin itu merupakan urutan nomor bus tersebut.
Setelah melewati terminal bus Langkat, jalanan dirasa sangat berbeda. Aspal tidak merata, dan beberapa lubang terlihat menganga. Jika hujan, jalanan berubah seperti kubangan lumpur. Sedangkan di siang terik seperti sekarang ini, jalanan sangat berdebu. Seharusnya Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara melihat ini semua. Sesekali bus berpapasan dengan rombongan truk besar yang mengangkut kayu. Kerikil juga turut menemani aspal jalan sepanjang hari ini. Tampaknya supir kali ini cukup mahir dalam mengambil posisi ketika berpapasan dengan truk truk kayu tersebut. Karena badan jalan terkadang tidak cukup untuk menampung kendaraan besar yang berpapasan. Bus sudah berjalan kira kira sejam lamanya. Tepat di depan makam pahlawan Serangan bus berhenti. Supir istirahat sejenak menikmati air mineral dingin di kedai langganannya. Kira kira 10menit perjalanan di lanjutkan. Kembali menikmati jalanan berdebu dan berlubang. Sampailah di depan mulut jembatan yang belum selesai terpasang. "Serangan habis" ujar sang kondektur.
Ketika turun dan bertanya ke tukang ojek, ternyata Tangkahan masih sangat jauh dan ongkosnya cukup mahal. Jadi saya urungkan niat menuju kesana. Dengan membeli minuman ringan di sebuah kedai, jadilah siang ini berteduh disana sembari menunggu bus Pembangunan Semesta lainnya. Bus yang saya naiki tadi kembali putar kepala.
Bus akan datang 2 jam lagi ujar ibu penunggu kedai tersebut. Maka sekedar iseng, saya menyeberangi sungai melalui jembatan lama yang sudah usang. Banyak sekali kendaraan yang melintas jembatan ini. Tampak sekali banyak pengunjung ke Tangkahan hari ini. Di seberang sungai terdapat sebuah desa yang cukup ramai penduduknya. Hal ini terlihat dari beberapa warung di tepi jalan. Sebenarnya merinding juga berada di atas jembatan ini. Karena bergetar setiap ada kendaraan yang lewat. Bagaimana tidak merinding, arus sungai di bawah sangat deras. Siang ini cukup terik untuk daerah Serangan dan sekitarnya. Kembali ke kedai tadi, sembari menikmati pemandangan orang orang yang bekerja membangun jembatan tersebut. Senang hati karena ada Bus Pembangunan Semesta yang masuk. Ternyata tidak ke Medan, ada rute lain tampaknya. Setelah 2jam menunggu, tepat perkataan ibu tadi bahwa bus ke Medan masuk. Langsung masuk dan memilih bangku paling depan di belakang supir. Layaknya kapal yang akan berangkat, supir membunyikan klakson panjang. Ini sebagai pemberitahuan bahwa bus akan berangkat. Ternyata klakson itu berguna, tampak beberapa orang muncul dari balik pepohonan sawit. Mungkin karena hari Minggu, banyak mahasiwa dan pekerja yang kembali ke Medan. Karena tak sedikit warga sekitar yang berangkat di antar sanak keluarga ke muka jalan.
Perjalanan ke Medan sebenarnya sangat menarik, karena didapat kabar ada Bus Pembangunan Semesta lainnya yang putar kepala di tengah perjalanan. Supir langsung tancap gas. prosesi naik turun pengguna jasa layanan lebih dipercepat. Tak sampai 10 menit, didapatilah bus lainnya yang sedang kembali ke arah Medan. Sesekali bus yang saya naiki berada di depan, begitupun dengan bus Pembangunan Semesta satu lagi. Kalau saya tidak lupa, bus tersebut adalah PS 64. Pertarungan sangat seru ketika masuk ke lintasan besar (Banda Aceh - Medan). Lalu lintas sore ini sangat padat, sedangkan supir tetap berpacu seiring kencangnya ketukan ritme lagu yang mengalun di bus sore ini. Kondektur sangat sibuk memberikan aba-aba kepada supir, apalagi ketika hendak melintasi kendaraan lainnya.
Sejarah Pembangunan Semesta
Bus Pembangunan Semesta memiliki sejarah yang panjang dan berakar kuat di Sumatera Utara, khususnya Kota Medan. Didirikan pada tahun 1958 oleh Julung Tarigan, perusahaan otobus ini merupakan kelanjutan dari Perusahaan Pengangkutan Republik Indonesia (P.R.R.I), yang juga berpusat di Medan.
P.R.R.I, yang berdiri pada tahun 1950-an, merupakan cikal bakal dari Pembangunan Semesta. Ketika berdiri, Pembangunan Semesta melayani rute dari Kota Medan ke Binjai menggunakan bus ikonik, Chevrolet C50. Pembangunan Semesta hanya mempunyai 2 unit bus di awal karirnya.
Tiba di Medan
Comments
Post a Comment