Skip to main content

Featured Post

Pengalaman Menginap di Luminor Hotel Palembang

Transportasi Dari Bandara Sultan Iskandar Muda

Banda Aceh merupakan gerbang masuk pengunjung  domestik maupun mancanegara via jalur udara. Meski Bandara Sultan Iskandar Muda sendiri berada di Kabupaten Aceh Besar, pihak maskapai kerap menyebut bahwa bandara ini berada di Kota Banda Aceh. Bandara Sultan Iskandar Muda sendiri berada di Blang Bintang, nyaris 10 kilometer jaraknya dengan perbatasan Kota Banda Aceh. Jarak yang dekat ini bukan berarti dilalui oleh banyak pilihan moda transportasi. Semakin banyak pilihan moda transportasi tentunya akan melahirkan beragam tarif atau harga transportasi yang ditawarkan. Berikut ini adalah beberapa pilihan transportasi menuju Kota Banda Aceh dari Bandara Sultan Iskandar Muda.




1. Taksi
Biasanya di depan pintu kedatangan domestik maupun internasional, terdapat loket taksi yang menawarkan jasa pengantaran door to door atau langsung ke tempat. Sistem taksi di bandara ini menggunakan single tariff atau satu harga berdasarkan tujuan. Misalkan tarif dari bandara ke kota adalah Rp. 100.000,-. Layaknya taksi di kota lain, harga yang dikenakan adalah untuk satu unit kendaraan bukan berdasarkan perhitungan jumlah orang. Hanya saja unit transportasi di bandara ini adalah kendaraan pribadi yang disulap menjadi taksi. Seperti yang dapat kita lihat di Bandara Sultan Hasanudin Makassar. Pastikan tarif anda sebelum benar-benar naik taksi tersebut.

2. Damri
Damri merupakan moda transportasi satu-satunya milik pemerintah yang mempunyai rute tetap ke area bandara Sultan Iskandar Muda. Menggunakan kendaraan model minibus, angkutan ini melayani rute Mesjid Raya Baiturahman - Simpang Surabaya - Lambaro - Bandara dan juga sebaliknya. Tiket yang ditetapkan sebesar Rp 20.000,- (pengalaman terakhir tahun 2016). Hanya saja jadwal Damri menyesuaikan jumlah penumpang. Jadi tidak berjalan teratur, biasanya terlihat di bandara ketika kedatangan pesawat pagi dan sore. Berada di tempat parkir sebelah kiri kedatangan domestik.

3. Ojek
Akhir-akhir ini setiap saya melangkah ke parkiran kendaraan, selalu ada yang menawarkan jasa ojek. Menggunakan kendaraan roda dua, tukang ojek menawarkan jasa mengantarkan penumpang ke lokasi tujuan. Tarif yang ditawarkan biasanya berdasarkan negosiasi. Dari Bandara ke Kota di kisaran Rp 50.000,-

4. Trans Kutaraja
Sebenarnya bus kota yang menyerupai Trans Jakarta ini tidak mempunyai rute masuk ke area bandara. Tetapi bus ini melintasi bundaran luar bandara. Jaraknya 200 meter dari pintu gerbang masuk bandara. Jadi kira kira 500 meter dari pintu kedatangan. Trans Kutaraja hingga saat ini September 2017 masih tidak dikenakan biaya. Hanya saja jadwalnya tidak tetap, jadi pengguna harus sabar menunggu. Trans Kutaraja rute Blang Bintang ini mempunyai rute  Terminal Keudah - Mesjid Raya Baiturahman - Simpang Lima - DPRA - Simpang Jambotape - Matahari Mall - Simpang Surabaya - Batoh - Terminal Bus - Lampeunerut - Lambaro - Berputar di Bundaran depan Bandara - Blang Bintang. Biasanya Trans Kutaraja akan berhenti lama di halte Blang Bintang. Jadi apabila kita bosan menunggu di bundaran depan bandara, kita bisa menuju ke Halte Blang Bintang. Hanya saja karena jaraknya lebih dari 1 km dari bundaran, saya pernah mencoba naik ojek dari bandara ke halte Blang Bintang, ongkosnya Rp 10.000,- sampai Rp 20.000,-. Sesuai dengan kesepakatan tawar menawar saja. Trans Kutaraja sendiri beroperasi dari pagi hingga sore hari. Saya belum pernah mencoba ketika penerbangan malam hari.
(sekarang Trans Kutaraja sudah masuk ke bandara, kita bisa menunggu di halte belakang Indomar*t).


Sekedar tambahan, ada yang sempat menanyakan bagaimana menuju pelabuhan Ulhe-Lhee. Jika dari bandara kita naik Damri atau Trans Kutaraja, maka silakan turun di Mesjid Raya. Dari halte tersebut kita bisa melanjutkan perjalanan dengan Trans Kutaraja tujuan Pelabuhan Ulhe Lhee, tarifnya masih gratis.

Comments

Popular posts from this blog

Kuching Waterfront: A Journey Through Time and Tranquility

Ah, the Kuching Waterfront! If you’ve never been, you’re in for a treat. The first time I visited, I wasn’t sure what to expect. I'd heard about it from a few travel forums, and it seemed like a "must-visit," but you know how those can be hit or miss. Spoiler alert: Kuching Waterfront was a massive hit for me, and I’m not the kind of person who’s easily impressed by just a riverside promenade. Let me tell you about my first day there—it started off a little rough. I woke up later than planned (typical me), rushed through breakfast, and by the time I made it to the Waterfront, it was mid-morning. Honestly, I was kind of grumpy because the sun was already blazing, and I forgot to pack a hat. That humidity? Yikes. But you know what? The moment I stepped onto the walkway and saw the Sarawak River, all my worries kind of melted away. There’s something about that wide, calm river that just puts you in a good mood. It’s like the whole city takes a deep breath there. The beauty

Penginapan Chandra di Fajar Bulan, Lampung Barat

Dari jauh sudah terlihat papan nama Hotel Chandra. Hotel yang beralamat di Fajar Bulan, Kecamatan Way Tenong, Kabupaten Lampung Barat. Jika dari arah Bukit Kemuning ke arah Liwa, lokasinya tepat berada di sebelah kiri jalan. Setiba di ruang tamu, petugas yang bekerja menyapa dengan ramah. Sepertinya ini bukan pekerja, tetapi pemiliknya langsung. Saya diajak untuk melihat beberapa tipe kamar. Setelahnya memutuskan untuk memilih kamar yang dekat dengan dapur. Kamar ini tepat berada di salah satu sudut. Sebuah meja dan dua kursi ditempatkan di depan setiap kamar. Baca Juga:  Kopi Lampung Terbaik Tarif yang ditawarkan untuk menginap di hotel ini hanya sebesar 200 ribu rupiah per malam, yang sudah termasuk air mineral dan sarapan pagi. Harga tersebut sangat terjangkau untuk sebuah penginapan dengan kamar yang bersih dan terawat dengan baik. Di penginapan ini kita juga dapat memesan makanan dan minuman lainnya. Selain itu, pelayanan di Hotel Chandra sangat ramah dan profesional. Pengelola

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m