Skip to main content

Durian Khas Takengon: Kenikmatan Rasa Eksotis dari Dataran Tinggi Gayo

Takengon, daerah yang terletak di Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah, mungkin lebih terkenal dengan kopinya yang mendunia. Namun, bagi para pecinta buah eksotis, durian khas Takengon adalah harta karun tersendiri. Durian yang tumbuh di kawasan sejuk ini memiliki ciri khas unik yang membedakannya dari durian-durian lain di Nusantara.


Durian dengan Karakteristik yang Berbeda

Yang membuat durian Takengon begitu istimewa adalah lokasi geografis tempat tumbuhnya. Berbeda dengan durian dari daerah dataran rendah seperti Medan atau Palembang, durian Takengon tumbuh di ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut. Kondisi ini menciptakan rasa durian yang lebih ringan dan manis, dengan daging buah yang tebal dan tekstur yang lebih kering. Uniknya, aroma durian Takengon tidak sekuat durian dari daerah lain, sehingga cocok bagi mereka yang tidak terlalu suka dengan bau menyengat durian pada umumnya.

Pertama kali aku mencicipi durian Takengon, aku langsung merasakan perbedaannya. Rasanya memang lebih manis, dan ada sedikit sensasi pahit yang menyenangkan di ujung lidah, ciri khas durian yang matang sempurna. Mungkin ini karena durian di Takengon tidak tumbuh di daerah yang panas, sehingga pertumbuhannya lebih lambat dan terkontrol, memberi waktu bagi rasa untuk berkembang lebih baik.


Musim Durian Takengon

Musim durian di Takengon biasanya berlangsung pada bulan Desember hingga Februari, bertepatan dengan musim durian di wilayah Sumatera lainnya. Kalau kamu sedang berkunjung ke Takengon pada waktu ini, pastikan untuk menyempatkan diri mencoba durian lokal yang segar langsung dari pohonnya. Salah satu pengalaman yang paling berkesan bagiku adalah saat mampir di pinggir jalan di Takengon dan melihat tumpukan durian besar yang dijual oleh petani lokal. Harganya pun sangat terjangkau, biasanya antara Rp30.000 hingga Rp50.000 per buah, tergantung ukuran dan kualitasnya.


Cara Memilih Durian Terbaik di Takengon

Memilih durian yang matang dan enak adalah seni tersendiri, dan di Takengon, penjual durian akan dengan senang hati membantu. Namun, kalau kamu ingin mencoba memilih sendiri, ada beberapa tips memilih durian Takengon yang bisa kamu coba:


  1. Periksa Aroma – Walaupun aromanya tidak sekuat durian lain, tetap ada sedikit aroma manis yang keluar dari buah matang. Jangan memilih durian yang tidak mengeluarkan aroma apa pun.
  2. Cek Kulitnya – Pilih durian dengan kulit yang sedikit retak tapi masih kokoh. Ini tanda bahwa durian sudah matang dengan sempurna.
  3. Goyang Buahnya – Jika biji di dalam durian terdengar bergoyang saat digoyangkan, kemungkinan besar durian sudah matang dan siap dinikmati.
  4. Coba Tekan Ujungnya – Bagian ujung durian biasanya bisa ditekan dengan lembut saat durian sudah matang.


Sajian Durian Khas Takengon

Tak hanya disantap langsung, durian Takengon juga sering dijadikan bahan makanan tradisional. Salah satu sajian yang paling terkenal adalah tempoyak, yaitu durian yang difermentasi selama beberapa hari hingga mengeluarkan rasa asam yang khas. Tempoyak biasanya digunakan sebagai bahan dasar sambal atau campuran dalam masakan ikan. Jika kamu berani mencoba rasa durian yang sedikit ekstrem, tempoyak adalah petualangan kuliner yang wajib dicoba!

Selain tempoyak, beberapa penjual lokal juga menawarkan durian dalam bentuk es krim atau campuran dalam bubur. Sajian ini sempurna bagi yang ingin menikmati rasa durian tanpa terlalu 'dihadang' oleh aroma kuatnya.


Tips Menikmati Durian Takengon

Jika kamu baru pertama kali mencoba durian Takengon, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  1. Minum Air dari Kulit Durian – Konon, meminum air dari rongga kulit durian bisa membantu meredakan panas dalam yang mungkin timbul setelah mengonsumsi durian. Ini adalah tradisi lokal yang juga dianggap bisa mengurangi bau mulut akibat makan durian.
  2. Jangan Dicampur Kopi – Sebagai pusat kopi, mungkin kamu akan tergoda untuk menikmati durian dan kopi Gayo sekaligus. Tapi hati-hati, memadukan kopi dan durian dipercaya dapat menyebabkan efek panas dalam yang berlebihan atau bahkan tidak nyaman di perut.
  3. Nikmati di Tempat Sejuk – Mengingat durian merupakan buah yang bisa menimbulkan rasa panas, paling enak menikmatinya di tempat yang sejuk. Untungnya, udara di Takengon cukup dingin, sehingga menciptakan pengalaman yang pas.

Durian Takengon adalah salah satu durian yang paling unik dan memanjakan selera di Indonesia. Dengan tekstur yang lembut, rasa manis yang khas, dan aroma yang tidak terlalu menyengat, durian ini cocok untuk siapa saja, baik yang sudah lama jadi pencinta durian ataupun yang baru mencoba. Jika kamu berada di Takengon pada musim durian, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi buah eksotis ini. Rasanya yang nikmat dan pengalaman memilih langsung dari petani lokal adalah hal yang harus kalian coba langsung di Takengon.

Comments

Popular posts from this blog

Kuching Waterfront: A Journey Through Time and Tranquility

Ah, the Kuching Waterfront! If you’ve never been, you’re in for a treat. The first time I visited, I wasn’t sure what to expect. I'd heard about it from a few travel forums, and it seemed like a "must-visit," but you know how those can be hit or miss. Spoiler alert: Kuching Waterfront was a massive hit for me, and I’m not the kind of person who’s easily impressed by just a riverside promenade. Let me tell you about my first day there—it started off a little rough. I woke up later than planned (typical me), rushed through breakfast, and by the time I made it to the Waterfront, it was mid-morning. Honestly, I was kind of grumpy because the sun was already blazing, and I forgot to pack a hat. That humidity? Yikes. But you know what? The moment I stepped onto the walkway and saw the Sarawak River, all my worries kind of melted away. There’s something about that wide, calm river that just puts you in a good mood. It’s like the whole city takes a deep breath there. The beauty

Penginapan Chandra di Fajar Bulan, Lampung Barat

Dari jauh sudah terlihat papan nama Hotel Chandra. Hotel yang beralamat di Fajar Bulan, Kecamatan Way Tenong, Kabupaten Lampung Barat. Jika dari arah Bukit Kemuning ke arah Liwa, lokasinya tepat berada di sebelah kiri jalan. Setiba di ruang tamu, petugas yang bekerja menyapa dengan ramah. Sepertinya ini bukan pekerja, tetapi pemiliknya langsung. Saya diajak untuk melihat beberapa tipe kamar. Setelahnya memutuskan untuk memilih kamar yang dekat dengan dapur. Kamar ini tepat berada di salah satu sudut. Sebuah meja dan dua kursi ditempatkan di depan setiap kamar. Baca Juga:  Kopi Lampung Terbaik Tarif yang ditawarkan untuk menginap di hotel ini hanya sebesar 200 ribu rupiah per malam, yang sudah termasuk air mineral dan sarapan pagi. Harga tersebut sangat terjangkau untuk sebuah penginapan dengan kamar yang bersih dan terawat dengan baik. Di penginapan ini kita juga dapat memesan makanan dan minuman lainnya. Selain itu, pelayanan di Hotel Chandra sangat ramah dan profesional. Pengelola

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m