Skip to main content

Menikmati Pacco: Ikan Mentah Khas Sajian Tradisional Sulawesi

Bagi pecinta kuliner Indonesia, pacco mungkin tidak sepopuler rendang atau sate, tetapi bagi masyarakat Bugis dan Makassar di Sulawesi Selatan, sajian ini adalah salah satu hidangan tradisional yang tak tergantikan. Pacco adalah makanan khas yang terbuat dari ikan mentah yang dicampur dengan berbagai bumbu, mirip dengan sashimi dari Jepang, tetapi memiliki cita rasa Nusantara yang kuat.


Pacco, Hidangan Ikan Mentah yang Segar

Jika mendengar "ikan mentah," sebagian dari kita mungkin langsung teringat pada sushi atau sashimi, tetapi pacco punya karakteristik yang jauh berbeda. Ikan yang digunakan biasanya adalah ikan air tawar atau laut segar, seperti ikan cakalang atau ikan bandeng. Yang unik dari pacco adalah cara penyajiannya. Ikan yang sudah dibersihkan, dipotong kecil-kecil, kemudian dicampur dengan perasan jeruk nipis, cabai, garam, bawang merah, dan tak ketinggalan parutan kelapa.


Pertama kali aku mencoba pacco, aku tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Sebagai seseorang yang tidak terbiasa dengan tekstur ikan mentah, awalnya agak ragu untuk mencicipinya. Ya, tadi siang memang kami pergi ke pasar membeli ikan. Tetapi saya tidak tahu jika ikan ikan itu tidak dimasak. Allyz mengajak santap malam di rumahnya dengan ikan mentah. Aku sempat bingung, jauh jauh ke Palopo masa makan ikan mentah. Tetapi, begitu menyentuh lidah, rasa asam dari jeruk nipis dan gurihnya ikan segar benar-benar membuatku terpukau. Sensasi segar yang dihasilkan jeruk nipis berpadu dengan tekstur lembut ikan, memberikan pengalaman yang luar biasa. Selain itu, parutan kelapa yang manis dan sedikit pedas dari cabai memberikan dimensi rasa yang lebih dalam.

Baca Juga:  Kopi Toraja Sapan: Menyelami Keunikan dan Kelezatan dari Tanah Toraja

Proses Pengolahan Pacco

Salah satu aspek menarik dari pacco adalah proses pengolahannya yang sederhana tetapi memerlukan bahan-bahan segar. Bahan utama yang harus diperhatikan tentu saja adalah ikan yang segar. Jangan pernah menggunakan ikan yang sudah tidak segar, karena rasanya akan sangat mempengaruhi hasil akhirnya.

Berikut adalah langkah-langkah sederhana membuat pacco yang pernah aku pelajari dari seorang teman di Makassar:

Siapkan Ikan Segar – Biasanya, ikan cakalang atau bandeng adalah pilihan terbaik. Ikan dibersihkan, diambil dagingnya, dan dipotong kecil-kecil.

Rendam dengan Jeruk Nipis – Jeruk nipis adalah bahan penting yang membantu "mematangkan" ikan secara alami, memberikan rasa asam segar dan sedikit membunuh bakteri pada ikan mentah.

Campur dengan Bumbu – Setelah daging ikan direndam dalam perasan jeruk nipis selama beberapa menit, tambahkan irisan bawang merah, cabai, garam, dan parutan kelapa. Kelapa yang digunakan adalah kelapa parut yang sudah sedikit dibakar atau disangrai.

Sajikan Segera – Pacco paling enak disajikan segera setelah semua bahan dicampur. Hidangan ini tidak disimpan terlalu lama karena kesegarannya adalah kunci.

Nikmati Pacco dengan Cara Tradisional

Pacco biasanya dinikmati dengan burasa atau ketupat, yang merupakan makanan berbahan dasar beras yang dibungkus daun kelapa dan direbus hingga matang. Burasa memiliki tekstur yang lembut dan sedikit gurih, yang sangat cocok dengan rasa asam dan gurih dari pacco. Kombinasi antara pacco yang segar dengan ketupat atau burasa menciptakan keseimbangan yang sempurna antara rasa asam, pedas, dan gurih.

Ada juga orang yang menikmatinya dengan nasi hangat sebagai pendamping, tetapi bagiku, burasa tetap yang terbaik. Ketika aku mencicipinya pertama kali, aku diajak untuk makan dengan tangan, cara yang paling tradisional, dan rasanya lebih otentik dan menyenangkan.

Tips Menikmati Pacco

Perhatikan Kualitas Ikan – Selalu gunakan ikan yang segar untuk mendapatkan cita rasa terbaik. Jangan ragu untuk bertanya kepada penjual ikan apakah ikannya baru saja ditangkap atau sudah beberapa hari disimpan.

Jangan Berlebihan pada Jeruk Nipis – Satu kesalahan yang sering dibuat saat pertama kali mencoba membuat pacco adalah terlalu banyak menggunakan perasan jeruk nipis. Gunakan secukupnya agar rasa asamnya tidak terlalu mendominasi.

Sajikan Segera – Pacco sebaiknya dinikmati langsung setelah disiapkan. Menyimpan pacco terlalu lama akan membuat ikan menjadi terlalu lembek dan rasanya tidak segar lagi.


Menikmati pacco adalah pengalaman kuliner yang berbeda dan penuh kejutan. Meskipun mungkin tidak semua orang menyukai ikan mentah, sajian ini menawarkan rasa yang segar dan kaya bumbu Nusantara yang layak untuk dicoba. Pacco bukan hanya tentang mencicipi makanan, tapi juga tentang merasakan warisan kuliner yang telah bertahan selama berabad-abad di Sulawesi Selatan. Jadi, jika kamu berkesempatan untuk mengunjungi Makassar atau daerah Bugis, jangan lewatkan kesempatan untuk mencoba pacco. Siapa tahu, kamu akan jatuh cinta dengan keunikan rasanya!

Comments

Popular posts from this blog

Kuching Waterfront: A Journey Through Time and Tranquility

Ah, the Kuching Waterfront! If you’ve never been, you’re in for a treat. The first time I visited, I wasn’t sure what to expect. I'd heard about it from a few travel forums, and it seemed like a "must-visit," but you know how those can be hit or miss. Spoiler alert: Kuching Waterfront was a massive hit for me, and I’m not the kind of person who’s easily impressed by just a riverside promenade. Let me tell you about my first day there—it started off a little rough. I woke up later than planned (typical me), rushed through breakfast, and by the time I made it to the Waterfront, it was mid-morning. Honestly, I was kind of grumpy because the sun was already blazing, and I forgot to pack a hat. That humidity? Yikes. But you know what? The moment I stepped onto the walkway and saw the Sarawak River, all my worries kind of melted away. There’s something about that wide, calm river that just puts you in a good mood. It’s like the whole city takes a deep breath there. The beauty

Penginapan Chandra di Fajar Bulan, Lampung Barat

Dari jauh sudah terlihat papan nama Hotel Chandra. Hotel yang beralamat di Fajar Bulan, Kecamatan Way Tenong, Kabupaten Lampung Barat. Jika dari arah Bukit Kemuning ke arah Liwa, lokasinya tepat berada di sebelah kiri jalan. Setiba di ruang tamu, petugas yang bekerja menyapa dengan ramah. Sepertinya ini bukan pekerja, tetapi pemiliknya langsung. Saya diajak untuk melihat beberapa tipe kamar. Setelahnya memutuskan untuk memilih kamar yang dekat dengan dapur. Kamar ini tepat berada di salah satu sudut. Sebuah meja dan dua kursi ditempatkan di depan setiap kamar. Baca Juga:  Kopi Lampung Terbaik Tarif yang ditawarkan untuk menginap di hotel ini hanya sebesar 200 ribu rupiah per malam, yang sudah termasuk air mineral dan sarapan pagi. Harga tersebut sangat terjangkau untuk sebuah penginapan dengan kamar yang bersih dan terawat dengan baik. Di penginapan ini kita juga dapat memesan makanan dan minuman lainnya. Selain itu, pelayanan di Hotel Chandra sangat ramah dan profesional. Pengelola

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m