Skip to main content

Posts

Featured Post

Cara Beli Tiket Kapal Laut Pelni Online

Piknik Ke Meurah

Nyaris 4 tahun saya berada di Bumi Serambi Mekkah. Tidak sedikit daerah daerah yang telah saya kunjungi, meski tidak sebanyak yang pernah dijelajahi oleh teman-teman lainnya. Sesekali saya mengunjungi lokasi-lokasi yang kurang disukai oleh kebanyakan orang. Beberapa mesjid, makam, bangunan tua yang menjadi bagian cerita terbentuknya sejarah Aceh sempat saya kunjungi. Bukanlah sebuah keangkuhan bila saya mengatakan pernah mengunjungi lokasi-lokasi unik tersebut. Karena sebagian dari kawan yang singgah ke Aceh akan selalu mencari sunset , pantai, laut, atau sekedar segelas kopi. Berawal dari cerita teman, membaca status sebuah akun di media sosial, hingga iseng-iseng mencari informasi di dunia maya, membuat saya terpancing untuk mengunjungi pusat-pusat informasi sejarah Aceh. Ada sebuah kekaguman ketika menyaksikan betapa tingginya peradaban masyarakat Aceh yang terlihat dari bentuk bangunan, tempat ibadah, makam yang terlihat di beberapa titik lokasi. Sebut saja Makam Teuku Umar, M...

Keripik Oleh Oleh Khas Lampung

Meski nyaris 17 tahun tinggal di Tanah Lampung, saya nyaris bingung ketika dimintai buah tangan ketika berkunjung ke Bumi Sang Ruwai Juray. Banyak sebenarnya buah tangan yang bisa dibawa jika saya memperhatikan sejak awal. Memasuki daerah Panjang berbaris rapi toko toko yang menjual makanan ringan khas Lampung seperti keripik pisang, kemplang, dan lanting. Sebenarnya lanting ini jajanan khas Jawa menurut saya, mungkin saja disebarluaskan di Lampung ketika era transmigrasi dulu. Baru saya sadari bahwa Lampung itu memiliki komoditas pisang terbaik. Hal ini terbukti dengan banyak truk besar yang mengangkut pisang menyebrang melalui Ferry dari Bakauheni menuju Merak. Jika pisang pisang tersebut diolah di daerah asal, bukan tidak mungkin akan membantu perekonomian penduduk sekitar. Selain makanan, saya melihat beberapa toko merchandise yang menyediakan dompet, tas, kaos hingga batik Lampung. Saya lupa di jalan apa, kalau tidak lupa lokasinya berdekatan dengan Yen Yen. Sebagian masyarakat Ba...

Sarapan Pagi di Pasar Way Halim

Sepekan lalu kembali menginjakkan kaki ke Daratan Bumi Sang Ruway Jurai. Mungkin ini perjalanan penutup tahun 2014. Kembali perjalanan kali ini bersama Ezik Zikra Muallimin. Kawan bermain beberapa tahun terakhir. Banyak tempat kuliner yang tersebar di Bandar Lampung. Sehingga membuat kami bingung akan dimulai dari mana pagi ini. Sebenarnya kemarin sudah lebih dulu tiba siang hari di Bandar Lampung. Tidak mau berasumsi lebih jauh, maka makan siang kali itu diselesaikan dengan menikmati hidangan Rumah Makan Begadang. Pagi itu mencoba berkeliling kawasan PKOR sebagai Landmark Bandar Lampung. Sebenarnya tidak ada alasan kuat kenapa saya katakan sebagai Landmark, tetapi sekilas terlihat disana beberapa bangunan pusat kebudayaan kabupaten-kabupaten di Propinsi Lampung. Mungkin saat itu masih terlalu pagi, sehingga belum timbul selera untuk menikmati sarapan pagi di lokasi ini.

Tugu Simpang Lima

Lama tak menulis di blog ini. Beberapa waktu yang lalu saya kembali melintasi Simpang Lima Banda Aceh. Sesuai dengan namanya, simpang ini memiliki lima buah cabang yang memisahkan lima buah jalan di tengah kota Banda Aceh. Mungkin karena sesuai dengan jalan yang bercabang lima maka simpang ini lebih terkenal dengan nama Simpang Lima. Mendengar Simpang Lima di Kutaraja ini mengingatkan saya akan Simpang Lima di Semarang. Hanya saja daerah di Banda Aceh ini benar benar sebuah persimpangan. Simpang Lima ini juga mempunyai catatan waktu lampu merah yang lama seperti Simpang Surabaya maupun Simpang Jambotape. Sehingga bila kita melintasi Simpang Lima di siang hari, sungguh akan membosankan. Terlebih cuaca panas sering melanda Banda Aceh. Sudah barang tentu banyak orang yang akan menghindari daerah ini termasuk saya kecuali memang terpaksa.

Sinaran Perak Kota Gede

SELAMAT DATANG DI SENTRA KERAJINAN PERAK KOTAGEDE, demikian gapura besar itu menyambut setiap pengunjung yang datang ke lokasi ini. Sesuai dengan gapura besar tersebut maka sudah dapat dipastikan bahwa kali ini saya berkunjung ke pusat kerajinan perak yang cukup terkenal di Yogyakarta. Meski sudah sangat terkenal, bukan menjadikan saya kerap berkunjung kemari. Bisa dikatakan bahwa ini adalah kali pertama saya berkunjung ke Kota Gede. Yogyakarta memang sebuah destinasi kota yang kerap saya kunjungi, entah kenapa saya tak pernah singgah ke kawasan yang tak jauh dari terminal Giwangan ini. Sebenarnya tak ada niat untuk berkunjung kemari hanya saja seorang kawan tetiba berpesan ingin dibawakan sebuah cincin perak khas Kota Gede. Alhasil akhirnya saya berkunjung ke surga penikmat pernak pernik berbahankan perak perak yang berkilau itu.

Mixed Rice Petaling Street

Saya terdampar di area ini setelah berjalan-jalan dari Pasar Seni. Perut keroncongan dan sedikit letih karena ransel di punggung bertambah beban dari keringat yang menempel pada pakaian kotor. Mungkin ini yang disebut sebagai Petaling Street. Sekalipun salah biarlah saya meyakini bahwa daerah ini bernama Petaling Street. Kehidupan mulai terlihat pagi itu. Para pedagang mulai menggelar lapak dagangannya. Ada yang membuka toko ada yang mulai memindahkan roda bahkan mengangkat rak jualan dari tempat penyimpanan ke tepi jalan. Nyaris seperti Khaosan Road di Bangkok. Tapi setidaknya tidak semerawut di Gasibu. Pejalan kaki masih nyaman melenggang meski sesekali harus menepi karena ada kendaraan yang lewat. Jalan ini sangat nyaman karena sepanjang jalannya diberi atap yang dihiasi lampion dan bendera warna warni. Setidaknya ini bisa saya asumsikan sebagai Petaling Street. Bila salah mohon maafkan, karena sekembali dari Melaka saya tetap memutuskan untuk mengunjungi jalan ini kembali. Sek...

Menggelandang ke Terminal Bersepadu Selatan Kuala Lumpur

 bus yang akan masuk terminal Sekembali dari Batu Chaves ada sedikit rasa geli yang menghampiri. Sebenarnya bisa saja langsung naik KTM dari Batu Chaves ke Stasiun Tasik Selatan atau mungkin transit di KL Sentral. Yang saya lakukan adalah membeli tiket ke KL Sentral, keluar dari stasiun dan kembali membeli tiket menuju Stasiun Tasik Selatan. Berdasarkan hasil browsing singkat didapat informasi bahwa terminal bus yang mengarah ke bagian selatan Malaysia dekat dengan stasiun ini. Beberapa stasiun dilewati dan pengeras suara kereta api menginformasikan bahwa stasiun selanjutnya merupakan tujuan yang akan saya datangi. Papan informasi penunjuk arah sangat jelas terpampang. Pengunjung yang membutuhkan informasi tidak akan kesulitan berpikir kemana akan melangkah. Ternyata ada jalan penghubung stasiun dengan Terminal Bersepadu Selatan (TBS). Sementara di seberang sisi lain stasiun ini kalau tidak salah merupakan tempat parkir umum bertingkat. Sepintas saya tidak yakin bahwa bangu...