Banda Aceh masih pagi benar ketika azan subuh berkumandangan di telinga. Sayup sayup suara ponsel berbunyi. Ada panggilan berulang ulang rupanya. Entah kenapa akhir akhir ini cuaca malam Banda Aceh cukup sejuk. Membuat saya tidur dengan lelap. Kawan kawan dari Aceh Bus Lovers sejak kemarin sore bersengaja untuk meniatkan diri melihat kedatangan bus bus malam dari Medan di area Seulawah. Seulawah sendiri merupakan lintasan yang cukup menarik. Kontur tanah yang berbukit bukit membuat jalur dibuat seperti roller coaster. Bila kawan kawan di Riau punya lintasan Minas, di Jawa Barat ada Nagreg, di Sumatera Barat ada Kelok Sembilan, kiranya bolehlah kami berbangga jika memiliki Seulawah. Semuanya mempunyai corak yang berbeda dengan kekhasan yang tak sama satu sama lain. Lintasan masih sangat sepi subuh saat itu. Setelah keluar dari Kota Banda Aceh sejauh belasan kilometer barulah kami berpapasan dengan armada bus sore dari Medan. Terlihat Pusaka dan Putra Pelangi Perkasa melintas. Sempat berpikir bahwa kali ini akan kesiangan. Untungnya kurang dari 5 armada yang kami jumpai di perjalanan.
Setelah melintasi Seulimum maka dipilihlah lokasi yang nyaman dan aman untuk parkir mobil. Kawan kawan mulai mengambil posisi dengan senjatanya masing masing. Tidak ada yang mengarahkan semua berimprovisasi sendiri sendiri sesuai naluri. Di ujung tikungan akan terlihat samar armada apa yang akan melintas. Sehingga kawan kawan dapat mengambil ancang ancang posisi. Pagi ini ada Om Badrul, Om Ridha, Om Mahmud. Udara masih sejuk benar meski beberapa truk melintas. Sesekali ada penyebutan armada apa yang akan melintas. Kami bukanlah fotografer profesional, hanya pengagum bus sesekali menaikinya. Ada kepuasan tersendiri ketika supir yang melintas memberi lampu dim atau hanya sekedar klakson saja. Tidak muluk pagi itu, hanya sekedar ingin bangun pagi dan merasakan sensasi kibasan angin bus yang melintas.
Secara dunia foto memfoto saya tak tahu pasti apa itu sebenarnya street hunting. Pemikiran sederhana saya adalah mengabadikan moment di ruang publik terbuka tanpa mempersiapkan objek secara khusus. Poin yang ingin dikejar menurut saya adalah momen dengan penuh kejutan. Bisa saja yang kita dapat sangat memuaskan, juga bisa terjadi sebaliknya. Seorang kawan pernah bercerita bahwa street hunting lebih mementingkan proses ketimbang hasil. Pagi itu dirasa lebih menarik mengabadikan objek dengan cara audio video ketimbang gambar saja. Hingga hasil yang didapat tak cuma gambar saja. Nanti jika bisa bangun pagi, kita ke Seulawah lagi ya.
Setelah melintasi Seulimum maka dipilihlah lokasi yang nyaman dan aman untuk parkir mobil. Kawan kawan mulai mengambil posisi dengan senjatanya masing masing. Tidak ada yang mengarahkan semua berimprovisasi sendiri sendiri sesuai naluri. Di ujung tikungan akan terlihat samar armada apa yang akan melintas. Sehingga kawan kawan dapat mengambil ancang ancang posisi. Pagi ini ada Om Badrul, Om Ridha, Om Mahmud. Udara masih sejuk benar meski beberapa truk melintas. Sesekali ada penyebutan armada apa yang akan melintas. Kami bukanlah fotografer profesional, hanya pengagum bus sesekali menaikinya. Ada kepuasan tersendiri ketika supir yang melintas memberi lampu dim atau hanya sekedar klakson saja. Tidak muluk pagi itu, hanya sekedar ingin bangun pagi dan merasakan sensasi kibasan angin bus yang melintas.
Secara dunia foto memfoto saya tak tahu pasti apa itu sebenarnya street hunting. Pemikiran sederhana saya adalah mengabadikan moment di ruang publik terbuka tanpa mempersiapkan objek secara khusus. Poin yang ingin dikejar menurut saya adalah momen dengan penuh kejutan. Bisa saja yang kita dapat sangat memuaskan, juga bisa terjadi sebaliknya. Seorang kawan pernah bercerita bahwa street hunting lebih mementingkan proses ketimbang hasil. Pagi itu dirasa lebih menarik mengabadikan objek dengan cara audio video ketimbang gambar saja. Hingga hasil yang didapat tak cuma gambar saja. Nanti jika bisa bangun pagi, kita ke Seulawah lagi ya.
Comments
Post a Comment