Semarang, 1 Nopember 2019
Sore itu pesawat yang kunaiki mendarat dengan sempurna di Bandara Ahmad Yani Semarang. Tujuan utama piknik saat itu sebenarnya bukanlah ke Semarang. Kota ini hanyalah persinggahan sementara saja, karena besok ada agenda lain yang akan direncanakan di Sleman. Lantas kenapa tidak langsung mencari penerbangan ke Yogyakarta saja? Atau naik bus dan kereta langsung ke Jogja? Ya karena mau mampir ke Semarang saja. 2 tahun terakhir ini sepertinya cukup rutin menyambangi Simpang Lima. Kenapa begitu, ya karena sedang ingin saja, bukan karena ada sesuatu yang teramat penting.
Dari kejauhan sudah terlihat Riyanda Rinaldi menunggu di pintu kedatangan bandara. Iya betul sekali, dia vokalis
Sembrenget Oi, kadang jadi pemain gitar juga, bass pun bisa. Sore ini beliau yang menjemputku di bandara. Meski sebenarnya banyak sekali kawan dan saudara di Semarang bisa dihubungi. Tapi tenang, sekali ini benar benar ingin tenang dan santai. Namanya juga hanya mampir saja. Saya lupa kapan terakhir bersua dengan Riyanda ini, apakah di Semarang atau ketika laga PSMS dijamu oleh Persiraja Banda Aceh di Stadion Dhimurtala, Lampineung. Seperti biasa senyum ceria tak berkurang sedikit darinya.
Bandara Ahmad Yani sepertinya sudah banyak sekali mengalami renovasi. Dari area kedatangan sudah terlihat bahwa bandara ini benar benar tertata. Banyak ornamen dan lukisan yang menghiasi dinding. Jika beberapa tahun lalu saya dijemput Allyz, ruang tunggunya masih kecil. Tempat parkir terbatas dan tenant-tenant seperti penuh sesak. Ah iya, waktu itu saya sedang coba-coba naik MA-60nya Merpati dari Bandung ke Semarang. Sekarang area Bandara Ahmad Yani sudah semakin luas. Jalan keluar masuk bandara sudah sangat lebar. Mungkin diciptakan demikian untuk menghindari kemacetan. Tempat parkir kendaraan juga sangat rapi. Untuk kendaraan roda dua sendiri sudah tersedia bangunan khusus sehingga tidak akan terkena hujan dan terik matahari.
Sebelum ke tempat tinggalnya, aku meminta secara khusus untuk diantarkan ke Klenteng Sam Poo Kong. Masa iya sih sudah bolak balik ke Semarang tapi tak pernah singgah, kan sungguh lucu. Tapi bukan itu sebenarnya. Biasanya sebuah tempat yang saya sambangi adalah tujuan yang benar-benar diniatkan. Meski sejatinya, tidaklah semua harapan itu selalu tertunaikan dalam sebuah perjalanan. Klenteng Sam Poo Kong ternyata tidaklah terlalu jauh dari bandara. Tidak sampai 30 menit kami menggunakan kendaraan roda dua, kami sudah tiba disana.

Sebelum masuk ke pekarangan, kami sudah disambut dengan areal parkir yang luas. Beberapa petugas menawarkan jasa parkir kendaraan di halaman tersebut. Kemudian kami menuju loket penjualan tiket. Untuk pengunjung domestik tarif yang dikenakan ketika weekday adalah 7ribu rupiah dan tiket masuk ke area sembayang adalah 27 ribu rupiah. Sementara ketika weekend adalah 10ribu rupiah dan tiket masuk ke area sembayang adalah 28 ribu rupiah. Tiket untuk wisatawan mancanegara ketika weekday adalah 10ribu rupiah dan tiket masuk ke area sembayang adalah 40 ribu rupiah. Sementara ketika weekend adalah 15ribu rupiah dan tiket masuk ke area sembayang adalah 45 ribu rupiah. Berhubung hari mulai gelap, jadi kami hanya membeli tiket masuk saja. Saya berpikiri jika nanti masuk ke tempat sembayang, akan mengganggu para pengunjung lain yang akan sembayang. Dan bukan itu saja, sebenarnya badan sedikit letih dan butuh mandi. Jadi cukup mampir saja dan tidak perlu berlama lama disini.
Klenteng Sam Poo Kong berada di Jalan Simongan No. 129, Bongasari, Kota Semarang, Jawa Tengah. Sebagian kawan mengatakan bahwa Klenteng ini beroperasional dari pukul 06.00-21.00 WIB. Tetapi ada juga yang mengatakan buka sampai pukul 23.00 WIB. Klenteng ini dilintasi oleh Bus Trans Semarang dari Stasiun Semarang Tawang dan dari Terminal Bus Terboyo. Mudah-mudahan tarifnya masih 5ribu rupiah. Karena berada di pusat kota, tentunya lokasi ini akan sangat mudah ditemukan oleh aplikasi peta digital.

Setelah melewati pintu masuk, kita seperti diarahkan menuju pekarangan luas di dalam area yang dipagari.Pada bagian kiri terdapat bangunan yang tidak terlalu besar. Tampaknya ini bisa juga menjadi tempat pergelaran seni. Pandangan mata tetap berfokus pada bangunan khas Tiongkok, tiang-tiang bangunan dengan ciri khas kayu berwarna merah. Atap dari genting tanah disusun secara bertingkat. Persis seperti bangunan-bangunan kerajaan di film kolosal Tiongkok. Sayangnya bangunan tersebut juga dipagari. Belakangan saya baru tahu bahwa untuk masuk ke dalamnya, dikenakan tiket ke bangungan sembayang. Suasana syahdu mulai terasa disini. Gelap malam kembali datang. Tidak terdengar hiruk pikuk para pengunjung. Hanya beberapa pekerja yang sedang menyiapkan peralatan dan tenda saja. Sepertinya beberapa waktu ke depan akan ada perhelatan disini.

Klenteng memang sangat identik dengan tempat peribadatan. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika di pelataran terlihat beberapa patung yang kokoh berdiri. Patung-patung tersebut biasanya menggambarkan sejarah dan cerita dari bangunan yang ada. Relief-relief terpatri indah di beberapa sudut ruang. Bahkan beberapa terlihat jelas pada dinding-dinding bangunan. Menggambarkan kisah-kisah kebajikan. Sam Poo Kong terdiri atas beberapa Klenteng, yaitu Klenteng Dewa Bumi, Klenteng Juru Mudi, Klenteng Sam Poo Tay Djien, dan Klenteng Kyai Jangkar. Perihal penamaannya sendiri menurut tafsir saya secara pribadi seperti telah mengalami akulturasi dengan kearifan lokal. Sementara bangunan utama dari daerah wisata ini berupa sebuah goa. Dikisahkan pada tahun 1400an Laksamana Cheng Ho berhasil mendarat di Pulau Jawa. Kemudian menjadikan sebuah goa sebagai tempat pendaratan dan pertahanan utama. Di era tahun 1700an dikisahkan bahwa goa tersebut mengalami longsor. Kemudian atas swadaya masyarakat, dibangun kembali sebagai bentuk penghormatan kepada Laksamana Cheng Ho.

Untuk menghargai kisah perjalanan hidupnya, dibangunlah Patung Cheng Ho berlapiskan emas yang ditempatkan di dalam goa. Goa ini pada akhirnya dijadikan sebagai ruangan untuk sembayang para pengunjung yang memohon doa restu keselamatan, kesehatan dan rejeki. Ukiran ukiran relief terlihat jelas pada dinding-dinding goa. Dari cerita yang saya dapatkan, relief tersebut menggambarkan kisah perjalanan hidup Laksamana Cheng Ho hingga ke Pulau Jawa.

Mungkin jika datang di siang hari, kita bisa menyewa pakaian khas Tiongkok. Klenteng Sam Poo Kong ini sangatlah instagramable. Jadi jangan sia-siakan kesempatan para pengunjung untuk mengabadikan gambar diri. Seperti kebanyakan Klenteng lainnya, saya sarankan untuk berkunjung disaat hari-hari besar. Hiruk pikuknya akan lebih terasa. Tentunya akan lengkap dengan pertunjukkan dan atraksi lainnya. Ada banyak kisah yang menceritakan bahwa kita dapat melihat ramalan di Klenteng ini, tapi saya sengaja melewatkannya. Waktu yang saya habiskan di Klenteng ini tidaklah lama. Hanya sekedar mampir dan mengaguminya. Sungguh indah, seperti Klenteng Dewi Kwan Im di Siantar.
Sejarah Sam Poo Kong
Klenteng Sam Poo Kong di Semarang bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga saksi bisu perjalanan seorang penjelajah legendaris, Laksamana Cheng Ho. Berasal dari Tiongkok, Cheng Ho adalah seorang pelaut Muslim yang memimpin ekspedisi besar ke berbagai penjuru dunia, termasuk Nusantara, pada awal abad ke-15. Saat kapalnya berlabuh di pesisir Semarang sekitar tahun 1400-1416, ia dan awak kapalnya sempat tinggal di gua batu yang kini menjadi bagian utama kompleks klenteng. Tempat ini kemudian dijadikan tempat pemujaan oleh para pengikutnya, hingga berkembang menjadi klenteng megah seperti sekarang.
Seiring berjalannya waktu, Klenteng Sam Poo Kong menjadi simbol akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa di Semarang. Bangunannya yang megah dengan atap merah khas Tiongkok berpadu dengan sentuhan lokal, menciptakan suasana yang unik dan penuh sejarah. Meskipun didirikan oleh seorang Muslim, klenteng ini kini menjadi tempat ibadah bagi umat Konghucu, Buddha, dan Taoisme, menunjukkan bagaimana budaya dan kepercayaan bisa berdampingan harmonis. Tak heran, banyak wisatawan dan peziarah datang ke sini, baik untuk beribadah, berwisata, maupun sekadar menikmati keindahan arsitekturnya yang memikat.
Tiket Masuk Sam Poo Kong
Buat kamu yang mau mampir ke Klenteng Sam Poo Kong, ada baiknya tahu dulu info praktisnya biar kunjungan makin lancar. Klenteng ini buka setiap hari dari pukul 08.00 - 20.00 WIB, jadi kamu bisa datang pagi buat suasana yang lebih tenang atau sore sekalian menikmati golden hour untuk foto-foto keren. Harga tiket masuknya cukup terjangkau, sekitar Rp15.000 - Rp40.000 tergantung paket yang kamu pilih. Kalau mau sekadar masuk ke area luar, tiketnya lebih murah, tapi kalau pengen eksplor ke dalam klenteng dan lihat lebih dekat, ada tiket terusan yang bisa kamu beli.
Fasilitas di sini juga cukup lengkap! Ada area parkir luas, toilet, toko suvenir, hingga penyewaan pakaian khas Tiongkok buat yang mau foto ala bangsawan zaman dulu. Kalau lapar, di sekitar klenteng juga banyak penjual makanan, jadi nggak perlu khawatir perut keroncongan. Buat yang datang rombongan, bisa juga sewa pemandu wisata biar makin paham sejarah dan filosofi di balik bangunan megah ini. Jadi, pastikan kamu datang dengan persiapan yang cukup dan nikmati pengalaman seru di Klenteng Sam Poo Kong!
Tips Ke Sam Poo Kong
Biar kunjungan ke Klenteng Sam Poo Kong makin nyaman dan berkesan, ada beberapa tips yang bisa kamu ikuti. Waktu terbaik buat datang adalah pagi atau sore hari, karena cuacanya lebih sejuk dan cahaya matahari nggak terlalu terik—pas banget buat foto-foto. Kalau mau suasana lebih tenang, hindari akhir pekan atau hari libur karena biasanya lebih ramai.
Karena ini tempat ibadah, jaga etika ya! Pakai pakaian yang sopan, jangan ribut atau mengganggu orang yang sedang berdoa. Kalau mau ambil foto di area sembahyang, sebaiknya izin dulu dan jangan memotret terlalu dekat. Jangan lupa juga buat buang sampah pada tempatnya biar tempat ini tetap bersih dan nyaman buat semua orang.
Buat yang mau ke sini, transportasi juga gampang banget! Kalau naik kendaraan pribadi, tinggal cari di Google Maps dan parkirannya luas. Kalau naik transportasi umum, kamu bisa naik BRT Trans Semarang Koridor 2 dan turun di halte Sam Poo Kong. Alternatif lainnya, naik ojek online atau taksi biar lebih praktis. Jadi, siapin rencana perjalananmu dan nikmati pengalaman seru di klenteng bersejarah ini!
Comments
Post a Comment